Keesokan harinya kulangkahkan kakiku menuju kampus, sembari masi
teringat jelas dipikiranlu kejadian semalam, tapi kucoba untuk tetap
konsentrasi menghadapi ujian hari ini. Ku dengar suara menyapaku,
“Hay
k” kata seorang mahasiswi dari belakangku, kuberbalik dan melihatnya,
‘Hay
juga dek” jawabku kepada seorang adik tingkatku bernama Selvi,
“Ada
ujian apa k’ hari ini?” Tanya Selvi kepadaku
“Ehmm ujian Kimia
Organik de’!” jawabku sembari berjalan menaiki tangga yang ada di kampus
“Oh,,
ya uda selamat ujian ya k’” pesan Selvi padaku
“OK, makasih de’
‘Jawabku sembari berlari ke ruang ujian, karena kulihat pengawas telah
mendahuluiku ke ruangan. Kuikuti ujian dengan berharap kejadian semalam
tidak merusak konsentrasiku.
***
Ujian pun usai, kulangkahkan kakiku dengan cepat meninggalkan
kampus menuju parkiran, kuhidupka motorku dan melaju cepat ke arah
kostku, sepanjang jalan dalam pikirku, “Aku harus cepat pulang ke
kampung”. Sesampainya aku di kost, ku siapkan semua keperluan yang aku
bawah. Disela-selah kusiapkan yang akan kubawah, ku dengar ponselku
berdering, lalu ku angkat,
“Halo” jawabku, sembari
menyusun pakaian dalam ranselku
“Loe diman Sob” tanya
Samuel padakau
“Gw lagi buru-buru tadi, gw mau pulang kawan,
IBU sakit keras” jawabku dengan suara tergesa-gesa,,
“Oh,,
ma siapa?? naik apa?” Tanya Samuel dengan panik pula,
“Sendiri
Sob, naik motor” jawabku
“Oh, gw boleh ikut nggak, takut
loe kenapa-napa di jalan” tawaran Samuel kepadaku
“Okelah,,
loe siap-siap, buruan ya,, tar gw mampir ambil loe” pintaku
“Ok”
tut,,tut,,,, kataku sembari meletakkan ponselku kembali, dan menyusun
semua yang masi kurang ke dalam ranselku,setelah selesai dengan
kecepatan tinggi kulangkahkan kakiku keluar kost, dan mengunci dengan
rapat pintu kost, dan menaiki sepeda motorku melaju ke arah rumah
Samuel, setibanya di rumah Samuel,
“Titttttttttt,,,,,,,,,,,,,,tittttttttttttttttttttttttt.”
kubunyikan kelakson memanggil Samuel yang belum tampak dari luar
rumahnya
“Ya,, sebentar “ kata Samuel sambil kulihat ia berlari
dari dalam rumahnya dan berteriak,
“Bu’ Sam berangkat dulu ya”
pamit Sam kepada Ibunya
Kulajukan sepeda motorku dengan kecepatan
tinggi ke arah utara kira-kira sejauh 450 Km jauhnya jarak Kota dengan
Kampungku, sepanjang jalan ku ceritankan masalah keluargaku kepada
Samuel, dimana Ayahku meninggalkan kami, semenjak 4 tahun yang lalu,
pergi dengan wanita lain, dengan perasaan yang begitu sedih aku
menceritakan semuanya, bahwa selama ini itu ibuku kuat dan tabah
menghadapi semua masalah yang ada, memenuhi segala keperluanku dan
adikku untuk bersekolah, hingga aku di kuliahkannya, dahulu urung niatku
untuk kulia, karena ku ingin bekerja membantu ibuku, apa daya, kutatap
wajah ibuku yang penuh harap agar aku kelak dapat merubah nasib
keluargaku. Sesekali kutatap wajah Samuel dari spion motorku,, matannya
berkaca-kaca mendegar seluruh ceritaku, kupandangi dan kulihat air mata
haru mulai menetes….!! dalam pikirku, “Kau sahabatku, yang mau
merasakan apa yang aku rasakan”, tersentak aku kaget ketika mendegar
Samuel berkata,
“Wow,,, brow indah sekali Sawah di kaki bukit itu”
Dengan usaha, agar aku berhenti bercerita, karena tak ingin aku larut
dalam kesedihan,
“Kupandangi sawah itu dan berkata.”Ah itu ma
biasa j, hari-hari juga aku lihat, hahaha”
Kupandangi wajah Samuel
yang mulai tersenyum, sepanjang jalan Samuel berusaha berubah menjadi
humoris kelas tinggi, ya yang aku tau dia tidak ingin melihat aku
bersedih.
Setelah sekian lama perjalanan, tampak kampungku dari
atas bukit,
“Bro, liat itu rumah gw” seruku
“Yang mana Sob”
jawab Samuel
“Itu, yang atapnya bewarnah merah” Oh ia Sob aku
lihat jawab Samuel,
“Tapi kita langsung kerumah sakit j ya
bro,,sekitar setegah jam lagi, soalnya berada didaerah kantor Desa”
kataku kepada Samuel
“Okelah” jawab samuel
Kulaujukan lebih
motorku, dengan perasaan penuh harapan yang terbaik dengan IBUku dengan
kedatanganku, dalam benak masi ada perasaan takut aku kehilanga IBUku.
Kupandang dari kejahuan Rumah sakit tempat Ibuku berada, kupercepat
laju sepeda motorku dan kuparkir dengan rapi, dan berlari menuju
Recepcionis rumah sakit, kulihat seorang suster berdiri lengkap dengan
seragam kerjanya, ke dekati dan aku sapa,
“Selamat siang Sus”
tanyaku
“Ia, ada yang bisa saya bantu” tanya suster itu kepadaku
“Saya
mau tanya, Ibu saya dirawat di rumah sakit ini, atas nama IBU Ribka,
ada di ruang apa y?? tanyaku dengan rasa penuh cemas,
“Bentar ya
dek, saya carikan” kata suster itu, sambil kupandang suster itu mulai
membuka buku-buku pasien yang ada di meja kerjanya,
“Oh, Ibu adik
ada di kamar NO.77” jawab suster itu,
“Oke, terima kasih Sus’
jawabku sembari berlari menuju kamar No.77 tanpa menghiraukan lagi kalau
aku datang tidak sendiri, tetapi dengan sahabatku Samuel. kulirik
setiap no yang ada di depan pintu,
“75, 76,, yah itu 77” kataku
dengan perasaan was-was kulangkahkan kakiku ke arah pintu, ku dengar
suara isak tangis adikku, dalam pikirku
“Tidak, apa yang aku
takutkan terjadi?”
Kupandang ke dalam kamar itu, berdiri seorang
Dokter, adiku dan suster yang menutup wajah ibuku dengan sarung rumah
sakit, dan kudengar suara dokter itu kepada adikku,
“Maaf dik,
kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak yang lain”
Tersentak
pikiranku kalut, sedih, dan tak terima semua yang ada’
“Tidakkkkkkkkkkkkkkkkkkkk,,
IBU kenapa IBU meninggalkanku” teriakku dengan keras sambil menitihkan
air mata, dan berlari mendekat jasad Ibuku, tak urung aku menangis dan
menitihakan air mataku, kupeluk jasad IBUku, dan kurasakan sentuhan
tangan Samuel, di kepalaku, serasa berusaha membuatku tersadar bahwa
semuanya telah diatur yang di ATAS.
Kuangkat kepalaku dan kubuka
sarung penutup, kupandang wajah IBUku, keriput dan kakuh yang dahulunya
putih kesat, dan penuh keceriaan setiap aku memandangnya. Tak kuasa aku
menahan tangis, kupandangi adikku yang terbaring pingsan tak kuasa
menerima semua yang terjadi, kulihat suster rumah sakit berusaha
menyadarka adikku dan kudengar suara di telinggaku,
“SOB DIA
PAHLAWANMU bukan?” kata Samuel di telingaku
0 komentar:
Posting Komentar