Kamis, 27 Januari 2011

PAHLAWAN WANITAKU PART 4

“Tok…..Tok..Tok…. “ Kudengar terngiang-ngian di telingaku suara ketukan dari balik pintu kost, namun tak kuhiraukan hal itu, pikirku pasti Cuma teman kamar sebelah yang pengen minjam sandal jepit.
“Pakai ja, nggak usa minjam”,  teriakku dari dalam kost sembari aku berusaha kembali tidur terlelap. Kemudian kudengar ketukan lebih keras dan suara,
“To….Tok…Tokkk…., Woy Bro,,,, gw ni”
“Siapa si,masa Sam kan gw uda suruh datang malam, ko jam segini uda datang” pikirku dalam hati, sambil beranjak dari tempat tidur dan melangkah ke arah pintu, hendak membukanya,

“Ya,, tunggu sebentar” teriakku dari dalam kost, membalas terikan seseorang, sambil membuka pintu,
“Astaga Bro, loe baru bangun tidur?” Jawab Samuel kepadaku dengan menggeleng-gelengkan kepalanya,
“Ya ni Sob, hoooammmm” jawabku, sampil mengepalkan tangan dengan menganggkatnya, ya gaya khas orang baru bangun tidur,
“Mang loe tidur jam berapa? baru bangun jam 19.30 Ini?” kata Samuel memperlihatkan jam di tangannya
“Ha????? jam 19:30” Tersentak aku kaget, sembari menatap keluar, sepi gelap malam memandangku, kutatap bulan yang pada saat itu terang rembulan tersenyum seakan menertawakanku,
“Astaga, yasuda masuk bro, loe belajar bentar dulu, gw mau mandi’ sambil menutup pintu kost lalu masuk mengambil handuk dan menuju kamar mandi,
                                                ***
Seusai mandi bergegas aku memakai pakaianku, dan menuju meja belajarku ingin mengambil buku sembari bertanya kepada Samuel,
“Bro, gw pengen nanya ni boleh nggak”
“Boleh Sob, mau nanya apa ni? yang penting loe jangan nanya mata kulia Kimia Fisika ya, sama bodohnya kita,,hahah” jawab Samuel
“Bukan masalah kulia Bro” Kataku, dengan sedikit perasaan canggung
“Trus” jawab Samuel, dengan wajah yang binggung  menanggapi pertanyaanku, di raut wajahnya seakan menanti pertanyaan yang akan membunuhnya, karena tak bisa menjawab.
“Menurut loe, jika ada ni seoarang Ayah yang tega ninggalin istri dan anaknya bertahun-tahun, dengan suatu alasan yang sangat menyakitkan, kira-kira hal apa  yang bisa dilakukan Sang anak buat IBUnya” tanyaku dengan penuh harapan akan jawaban Samuel,
“Menurut gw ya Sob, kalau anaknya gw (cowok), gw akan berusaha nyari bapak gw, terus bertanya di depan mukanya, “APA SALAHKU DAN IBUKU” jawab Samuel dengan berdiri memperagakan ucapannya dengan penuh emosi,
“Hahahaha, bisa aja loe Bro, Yasudah kita mulai j pelajarannya” kataku sambil membuka, bahan-bahan pelajaran hasil seleksiku yang aku terka akan keluar esok hari di atas lembar soal ujian,
“Ayolah” jawab Samuel, sembari duduk kembali di atas kasur dan menarik bantal dan di taruh di pangkuannya menjadi tumpuhan buku dan tanggannya.
Belajarpun kami lakukan, dengan sesekali dihinggapi kecerian tawa kami, sembil mengingat-ingat hal lucu yang pernah kami lakukan di kampus, apa lagi tentang masalah cinta. Tak lama kami belajar, kutatap sayup mata-mata Samuel mulai mengantuk seiring habisnya bahan belajar kami,
“Woy Bro, mat loe tinggal berapa watt tu,hahaha” tegurku sambil menertawakan raut wajah Samuel yang mengantuk,
“Ia ni Sob uda nggak kuat” jawab Samuel
“Ya udahan ja yo, uda ngerti kan? trus u mau nginap or pulang ni? “ tanyaku kepada Samuel
“Ya Sob, udahan ja, uda ngerti ko, gw mau pulang ja yo,, tadi belum pamit ma orang rumah” jawab Samuel, sambil mebereskan semua buku-bukunya dan melangkah ke arah pintu,
“Okelah jawabku” sambil mengikuti langkah Samuel ke arah pintu.
“Gw deluan Ya Bro” pamit Samuel, sambil melangkahkan kakinya meninggalkan kostku, yang rumahnya tidak cukup jauh dari kostku
“Ok, hati-hati ya” Sautku kepada Samuel, sambil kulihat langkah Samuel, hilang dikejahuan sana, tertutup olah gelapnya malam.
Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam kamar, sambil menutup pintu, mencoba merapikan buku-bukuku yang masih beratakan usai belajar. Tersentak kembali aku teringat akan IBU dan adikku, kuambil ponselku dan menelpon adikku,
“Halo” tanyaku dalam telepon
“Halo kak” jawab adikku di seberang telepon
“Lagi apa dik, gemana keadaan IBU” tanyaku cemas
“IBU lagi berbaring ja kak, dari tadi nanya kakak” jawab adikku
“Kakak bisa bicara ma IBU dek” pintaku kepada adikku,
“Bisa, bentar ya kak” jawab adikku, dalam hati apa yang ingin aku tanyakan kepada IBUku,
“Halo Nak” terdengar suara IBUku yang lemas seakan tak berdaya
“Halo Bu’, Gemana keadaa IBU sekarang?” tanyaku dengan penuh cemas,
“Nggak apa-apa ko nak, Cuma kuran tidur” jawab IBUku, mencoba menutupi semua yang ada, supaya aku tidak merasa khawatir,
“Puji Tuhan” Jawabku, membangkitkan semangat IBUku,
“Oya, gemana kuliamu nak, lancar-lancar aja kan?” tanya IBUku
“Ia, Bu,, besok ujian terakir doakan ya Bu! oya besok Yan pulang Bu”? kataku kepada IBU
“Lo, ngapain pulang nak, IBU nggak apa-apa ko nak, kamu kulia yang benar ja disitu!” jawab IBU mencegahku supaya pulang, yang aku pikir pasti IBU mencoba angar aku tidak melihat kondisi IBU saat ini,
“Nggak, apa-apa bu, besok juga ujian  terakhir ko, jadi aku bisa pulang, to Yan uda lama nggak pulang, kangen ketemu IBU dn adik” jawabku
“Yaudah kalu gitu, kamu hati-hati besok ya nak” jawab ibu, sembari diiringi rasa batuknya…
“OK, yaudah IBU banyak istirahat ya, jangan lupa berdoa dan minum obat’ jawabku kepada IBU,  kutunggu suara IBU namaun tak kudengar lagi,
“IBU,….???IBU……???? panggilku, rasa panik mulai menghantui perasaanku, tiba-tiba terdengar suara tangisan dari adikku di dalam telpon,
“Kak, IBU pingsan lagi,hiksss..hiksss” kata adikku,
Ya uda kamu cepat panggil suster dan rawat ibu serta kasi kabar kakak sebentar ya, soalnya kakak mana mungki ke kampung jam segini dek!” kataku memberi saran kepada adikku dengan perasaan yang kalut,
Ok,,,K!” Tu,,,tuttt,tutt,, kudengar adikku memutuskan telepon
Kubaringkan tubuhku diatas kasur, Rasa kalut, panik, serta sedih terus menghantuiku, tak urung air mata mulai membasahi pipiku, dengan sesekali rasa takut kalau-kalau IBUku meninggal disaat aku tidak bersamanya. “huss, jangan berfikir yang nggak-nggak Yan” pikirku,,, mencoba menenangkan diriku sendiri dalam hati, ku coba mengambil dompet di dalam sakuku, kubuka dan kupandang foto IBUku yang penuh senyum memandangku, seakan berkata,
“IBU nggak apa-apa nak”
kembali ada harapan dari dalam hatiku, kulepas foto IBU dalam dompetku, kucium dengan penuh kasih walau hanya sebuah foto, kemudian kutaruh diatas dadaku,, sambil kupadang langit-langit kamarku dan berdoa kepadaNYA?”
“Ya TUHAN sembuhkanlah IBUku, biarkan aku dapat memberikakn sesuatu kepada IBUku dahulu, karena aku tau setiap hambaMu akan kembali padaMu, tapi jangan sekarang Kau panggil IBUku sekarang, AMIN”
setelah berdoa, tak ada lagi yang ada dipikiranku,, mataku mulai tertutup, aku hanya berharap dapat bemimpi bertemu dengan IBUku malam ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates